Polres Bone Sentuh Eks Napiter dan Deportan ISIS Lewat Bansos dan Deradikalisasi: Pendekatan Humanis di Hari Bhayangkara

Daftar Isi


Bone,– Dalam senyap dan penuh kehangatan, jajaran Polres Bone menyambangi sejumlah warga yang pernah menjadi bagian dari catatan kelam sejarah dunia: eks narapidana terorisme dan deportan ISIS. Tapi hari itu, mereka tidak datang membawa stigma—melainkan uluran tangan dan pesan damai.


Dalam rangka memperingati Hari Bhayangkara ke-76, Polres Bone melalui Satuan Intelkam menggelar bantuan sosial (bansos) yang dipadukan dengan program deradikalisasi berbasis pendekatan kemanusiaan. Kegiatan ini menyasar warga tidak mampu, termasuk mereka yang pernah terjerumus dalam jaringan ekstremisme namun kini tengah berjuang menata hidup kembali.


Kapolres Bone AKBP Sugeng Setio Budhi, S.I.K., M.Tr.Opsla menegaskan, upaya ini bukan sekadar rutinitas tahunan. “Ini adalah panggilan nurani. Mereka yang pernah tersesat pun berhak atas kesempatan kedua. Dan negara, lewat Polri, hadir untuk membuka jalan itu,” ungkapnya melalui Kasat Intelkam AKP Syafriadi, S.E.


Bukan Menghakimi, Tapi Merangkul

Didampingi Aipda Andi Ashar, tim dari Sat Intelkam bertatap muka langsung dengan para eks napiter dan deportan. Tidak ada bahasa tudingan. Yang ada hanya pesan damai, dukungan moral, serta ajakan untuk terus berkontribusi bagi masyarakat.


“Deradikalisasi bukan tentang mempermalukan masa lalu, melainkan membantu mereka berdamai dengan diri dan diterima kembali oleh masyarakat,” tutur AKP Syafriadi. “Kami tidak datang untuk mengingatkan mereka pada masa lalu, tapi untuk memberi ruang bagi masa depan.”


Salah satu penerima manfaat, yang pernah dideportasi dari Timur Tengah akibat terpapar ideologi kekerasan, mengaku terharu. “Dulu kami dijauhi, dicurigai. Tapi sekarang, aparat datang bukan untuk menangkap, tapi menguatkan. Saya merasa manusia lagi,” ujarnya lirih.


Apresiasi dari Warga dan Pemerintah Desa

Kepala Desa Liliriattang, A. Sukmawati Cawe, yang wilayahnya menjadi salah satu lokasi kegiatan, mengaku bangga dan tersentuh.


“Tidak semua berani melakukan pendekatan seperti ini. Tapi Polres Bone membuktikan bahwa kepolisian bukan hanya penegak hukum, tapi penjaga nilai-nilai kemanusiaan,” ungkapnya. Ia berharap program seperti ini terus berlanjut agar eks napiter tidak kembali terseret ke masa lalu karena merasa tersisih.


Menjahit Ulang Jaringan Sosial yang Pernah Robek

Giat ini adalah bagian dari komitmen jangka panjang Polres Bone dalam membangun ketahanan sosial dari hulu. Tidak dengan kekerasan, melainkan melalui dialog, empati, dan kehadiran nyata.


“Satu paket sembako mungkin tak mengubah nasib, tapi bisa menjadi jembatan untuk mengubah cara pandang. Bahwa negara tidak menutup pintu bagi warganya, seberapa pun kelam masa lalunya,” pungkas AKP Syafriadi.


Karena terkadang, pencegahan ekstremisme tak memerlukan senjata. Cukup dengan kemauan untuk hadir, mendengarkan, dan memahami.