Aspirasi Rakyat Menggema di Reses Andi Amar: Jalan Rusak hingga Harga Jagung Jadi Aduan Masyarakat

Table of Contents


Bone – Di tengah suasana santai pasca-Lebaran, sebuah momen bermakna tercipta di Jalan Macan, Watampone, Senin (14/4/2025) sore. Lebih dari sekadar ajang Halal Bihalal Keluarga Besar AAS Community, ratusan warga dari 27 kecamatan di Kabupaten Bone menjadikan pertemuan ini sebagai wadah menyuarakan keresahan yang lama terpendam—terutama soal infrastruktur dan nasib petani.


Anggota DPR RI, Andi Amar Ma’ruf Sulaiman, hadir langsung dalam kegiatan tersebut, menyapa warga dengan gaya khasnya yang hangat dan membumi. Didampingi sejumlah tokoh penting Bone, seperti Ketua Komisi II DPRD Bone Andi Muh. Idris Alang, Pj. Sekda A. Saharuddin, serta Ketua KTNA Sulsel H. Sucipto, forum ini berubah menjadi ruang diskusi terbuka.


“Dari 200 orang lebih yang hadir, hampir semua menyampaikan satu hal: tolong perbaiki jalan,” ucap H. Sucipto, mencerminkan suara kolektif warga desa yang bertahun-tahun merasakan getirnya akses transportasi yang buruk.


Tak hanya itu, kekhawatiran akan banjir yang rutin melanda Kecamatan Cenrana, serta problem klasik petani seperti anjloknya harga jagung dan minimnya daya serap Bulog, menjadi bahasan utama. Ketua DPRD Komisi II, Andi Idris, mengingatkan pentingnya perhatian pusat terhadap daerah. “Kami titip Bone ke tangan Pak Amar. Jangan sampai suara rakyat hanya jadi catatan tanpa tindak lanjut,” ujarnya tegas.


Menanggapi itu, Andi Amar tak sekadar menampung. Ia mengajak warga berpikir strategis soal efisiensi anggaran dan pentingnya komitmen lokal. Ia menyinggung rendahnya anggaran serapan hasil panen oleh Bulog—hanya Rp31 triliun secara nasional tahun lalu. “Jangan biarkan anggaran habis di jalan. Kita harus pastikan itu menyentuh petani,” katanya.


Terkait pembangunan pabrik beras di Bone, ia menyayangkan kurangnya komitmen petani menjual hasil panen ke dalam daerah. “Kalau semua ke Sidrap, pabrik kita mati. Uang berputar di luar, bukan di Bone,” ujar Amar mengingatkan.


Di ujung diskusi, ia menyerukan pentingnya sinergi antara petani, pengusaha, dan pemerintah. Ia menyebut Bone punya potensi besar, tapi butuh komitmen bersama untuk menjadikannya mandiri. “Kita ini kaya. Tinggal bagaimana kita sepakat untuk mengelolanya dengan bijak,” pungkasnya.


Kopi hangat dan gelak tawa mungkin jadi penutup sore itu, namun semangat membangun Bone tetap menggelora. Dari reses ini, satu hal jadi jelas: rakyat butuh didengar, dan Andi Amar berkomitmen membawa suara mereka ke pusat kekuasaan. (*)

//